Senin, 06 Juni 2011

PERMASALAHAN KOTA SEMARANG

A.    Permasalahan permukiman di kota Semarang
1.      Angka kepadatan penduduk yang tinggi sedangkan pada luasan lahan yang terbatas di kota Semarang.
2.      Bau busuk yang menganggu di sekitar permukiman maupun  di pusat kota.
3.      Banjir saat hujan turun
4.      Rob
5.      Lingkungan kumuh dan tidak sehat
6.      Pencemaran air tanah dan intrusi air laut sehingga air tanah tidak layak konsumsi.


B.     Faktor Penyebab Permasalahan Permukiman di kota Semarang
1.      Angka kepadatan penduduk yang tinggi di kota Semarang di sebabkan oleh tingginya arus urbanisasi. Semarang menjadi daerah tujuan urbanisasi di Jawa Tengah, mengingat semakin berkembangnya industri besar maupun kecil di kota Semarang. Kurangnya lapangan kerja di desa menyebabkan semakin tingginya minat penduduk desa untuk pindah ke kota. Industry di kota membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga para pekerja banyak berbondong-bondong menuju kota dan menetap di kota Semarang dengan pertimbangan dekat lokasi kerja. Keadaan ekonomi para pekerja berbeda-beda, pekerja yang memiliki tingkat perekonomian menengah tinggi lebih suka tinggal di luar pusat kota yang lebih nyaman dengan fasilitas yang permukiman yang terencana. Bagi pekerja yang memiliki tingkat perekonomian menengah kebawah akan lebih suka tinggal di dekat lokasi kerja mereka. Inilah yang menyebabkan kepadatan penduduk yang tinggi di kota Semarang, padahal luas lahan kota Semarang semakin menipis dengan bukti sudah tiadanya lahan pertanian maupun lahan kosong serta semakin banyaknya bukit – bukit di Semarang yang dikepras untuk area permukiman baru. Kondisi ini akan menyebabkan munculnya masalah-masalah baru di kota Semarang dan sekitarnya.
Gambaran tingginya arus urbanisasi

2.      Bau busuk yang mencemari udara di kota Semarang disebabkan oleh pengelolaan sampah, selokan dan gorong-gorong yang tidak baik. Tingginya kepadatan penduduk di kota Semarang juga meningkatkan banyaknya sampah-sampah rumah tangga dan sampah hasil industry. Tidak semua orang sadar akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Terbukti dengan ditemukannya sampah yang dibuang sembarangan di tempat umum, di kali, selokan, dan hal ini akan menyumbat aliran air buangan dan mempercepat pembusukan sampah sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap menyemari permukiman dan semua area. Kondisi di TPA kota Semarang juga semakin menumpuk, contohnya di TPA Jati Barang lokasinya terletak di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, di bagian barat Kota Semarang  dikabarkan air lindi sudah mencemari air sungai Kreo yang memang lokasi TPA ada di tepi sungai Kreo. Saat melewati lokasi ini akan tercium bau busuk yang menyengat.

 
            Gambaran sampah di kota Semarang

3.      Banjir di kota Semarang bukan menjadi hal aneh lagi karena memang sudah sering terjadi. Ada lima potensi banjir di Kota Semarang, antara lain:
a.       Potensi pertama, melihat karakteristik geografi, Kota Semarang memiliki daerah-daerah potensi banjir, karena adanya perbedaan tinggi dataran antara wilayah utara dan ilayah selatan. Kondisi ini terjadi karena adanya banjir kiriman dari wilayah selatan Kota Semarang dan kabupaten Semarang.
b.      Potensi kedua, adanya perubahan pemanfaatan lahan dari hutan karet menjadi perumahan di wilayah kecamatan Mijen memperbesar kerusakan di daerah tersebut. Akibatnya jumlah air hujan yang mengalir ke wilayah Ngaliyan menjadi bertambah dan membuat daerah tersebut terkena musibah banjir; padahal sebelumnya di daerah tersebut belum pernah terkena banjir. Selain penggundulan hutan, perubahan fungsi lahan yang terjadi di wilayah Kabupaten Semarang dari areal pertanian menjadi areal perumahan baru. Penyebab lain, banyak sungai yang berhulu di daerah Kabupaten Semarang melewati Kota Semarang.
c.       Potensi ketiga, adanya pengeprasan bukit di beberapa tempat mengakibatkan perubahan pola aliran air, erosi, dan mempertinggi kecepatan air, sehingga membebani pengairan.
d.      Potensi keempat, pembangunan rumah liar di atas bantaran sungai, pembuatan tambak yang mempersempit sungai dan penutupan saluran di daerah hilir.
e.       Potensi kelima adalah permasalahan non-teknis yaitu perilaku masyarakat kota Semarang yang buruk. Perilaku membuang sampah di saluran dan di sembarang tempat. Rendahnya kesadaran masyarakat koa ditunjukkan sewaktu banjir di beberapa jalan protokol kota Semarang diakibatkan adanya saluran yang tersumbat, namun masyarakat tidak segera mengatasinya melainkan menunggu petugas dari pemerintah Kota Semarang untuk mengatasi permasalahan pada saluran tersebut.

   
Gambar banjir di kota Semarang

4.      Banjir rob yang melanda daerah-daerah di pinggiran laut atau pantai disebabkan oleh:
a.       Permukaan tanah yang lebih rendah daripada muka pasang air laut.
b.      Bertambah tingginya pasang air laut.
c.       Sedimentasi dari daerah atas (burit) di muara sungai (Kali Semarang, Banjir Kanal Barat, Kali Silandak, Kali Banger, Silandak Flood Way, Baru Flood Way, dan kali Asin) maupun sedimentasi air laut khususnya oleh pasang surut (rob), di samping oleh pengaruh gelombang dan arus sejajar pantai, sehingga terjadi pendangkalan muara yang berakibat mengurangi kapasitas penyaluran dan akibat selanjutnya menambah parah banjir di sekitarnya.
  
Gambar rob di kota Semarang

5.      Lingkungan kumuh banyak terdapat dikota Semarang terutama di sekitar permukiman padat penduduk sehingga memicu terciptanya permukiman kumuh di kota semarang. Antusias masyarakat terhadap kehidupan kota menyebabkan banyak masyarakat melakukan urbanisasi besar-besaran ke kota Semarang. Masyarakat dengan tingkat perekonomian tingkat menengah ke bawah tidak memiliki pilihan lain selain tinggal di permukiman kumuh. Mereka bertahan dengan mempertimbangkan lokasi permukiman yang  kebanyakan dekat dengan lokasi kerja. Lingkungan kumuh memicu timbulnya banyak penyakit seperti, diare, muntaber, berbagai macam penyakit kulit, infeksi pernafasan, TBC bahkan kanker. Sampai saat ini masyarakat tingkat ekonomi bawah masih belum memahami pentingnya kesehatan, mereka pun belum menetapkan kriteria rumah sehat di rumahnya.
 
Gambar permukiman kumuh dan penyakit kulit (kudis)

6.      Pencemaran air tanah salah satunya disebabkan oleh limbah industy pabrik yang di buang secara sembarangan ke badan – badan air seperti sungai, laut sehingga mencemari air tanah yang biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Pencemaran air tanah juga disebabkan oleh adanya intrusi air laut ke daratan akibat terjadinya penurunan permukaan tanah dan naiknya permukaan air laut.  
Air Tanah Bebas merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air ( aquifer ) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota Semarang bawah (yang berada didataran rendah), banyak memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 - 18 m. Amblesan tanah yang terjadi di dataran Semarang disebabkan oleh dua faktor, yaitu penurunan muka air tanah akibat pemompaan dan peningkatan beban karena pengurugan tanah. Tektonik di Pulau Jawa yang cukup aktif pada Pliosen Akhir - Plistosen Tengah, menghasilkan pola struktur geologi yang kompleks di daerah sebelah selatan daerah penelitian. Struktur sesar yang aktif belum diketahui dengan jelas pengaruhnya terhadap proses amblesan tanah di dataran aluvial Semarang. Akibatnya apabila berlangsung terus-menerus, beberapa wilayah justru lebih rendah daripada permukaan air laut. Akibat pengambilan air bawah tanah yang berlebihan sementara air permukaan tanah lebih rendah dari permukaan air laut, maka terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut saat ini sudah mencapai daerah Simpang Lima dan Tugu Muda Semarang (batas Semarang Atas dan Semarang Bawah).
Gambar Intrusi dan pencemaran air karena limbah

C.     Cara Mengatasi Permasalahan Permukiman di Kota Semarang
1.      Untuk mengatasi tingkat kepadatan penduduk di kota Semarang perlu diadakan penekanan terhadap  tingginya laju urbanisasi di kota Semarang.
a.       Perlu diadakan penyuluhan kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatuyangbersangkutan dengan urbanisasi.
b.      Harus ada peraturan yang tegas, terutama di daerah kota tujuan urbanisasi tentang tata kota dan kependudukan.
c.       Intensifikasi pertanian di pedesaan-
d.      Mengurangi atau membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan kelahiran, yaitu dengan program Keluarga Berencana di desa maupun di kota.
e.       Memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan di pedesaan, sehingga dorongan penduduk untuk berurbanisasi berkurang.